Senin, 16 Januari 2012

Transaction Processing System

Transaction Processing System
(TPS)

Transaction Processing System (TPS) adalah sistem informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS menghapus rasa bosan saat melakukan transaksi operasional sekaligus mengurangi waktu, meskipun orang masih harus memasukkan data ke sistem komkputer secara manual.
Transaction Processing System merupakan sistem tanpa batas yang memungkinkan organisasi berinteraksi dengan lilngkungan eksternal. Karena manajer melihat data-data yang dihasilkan oleh TPS untuk memperbaharui informasi setiap menit mengenai apa yang terjadi di perusahaan mereka. Dimana hal ini sangat peting bagi operasi bisnis dari hari ke hari agar sistem-sistem ini dapat berfungsi dengan lancar dan tanpa interupsi sama sekali.
Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). Transaction processing systems mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen, cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening keuangan. TPS juga memperbaharui database yang digunakan perusahaan untuk diproses lebih lanjut oleh SIM.
  1. INPUT            : peristiwa transaksi
  2. PROCESS    : penyortiran, penyusunan, penggabungan, pembharuan
  3. OUTPUT        : laporan rinci, daftar, ringkasan
  4. USERS          : bagian operasional, supervisor, lower management

Pada dunia usaha proses-proses yang mengacu pada transaksi pertukaran barang atau uang atau jasa merupakan Transaction Processing System (TPS). Beberapa jenis subsistem yang ada pasa TPS ialah :

  • Payroll : pembayaran upah / gaji karyawan
  • Order Entry / order processing : mencatat pembelian untuk konsumen
  • Invoicing : menghasilkan faktur
  • Inventory : mengelola barang supaya selalu tersedia
  • Shipping : menyerahkan barang dari perusahaan sampai diterima oleh konsumen
  • Accounts receivable : mengelola file konsumen & menyerahkan tagihan ke konsumen
  • Purchasing : mengkoordinasi pembelian barang kepada konsumen
  • Receiving : menerima barang dari pemasok/supplier pengembalian barang (retur) dari konsumen
  • Account Payable : mengelola pembayaran tagihan kepada pemasok / supplier
  • General Ledger : mengikat subsistem diatas menjadi satu & menghasilkan satu laporan

Transaction Processing System (TPS) juga disebut Sistem Pengolahan Data (DPS). Ini berfungsi untuk membuat sebuah database yang mencatat transaksi perusahaan. Hal ini juga digunakan untuk mendukung Sistem Informasi Manajemen (MIS), Sistem Pendukung Keputusan (DSS) dan Sistem Pendukung Eksekutif (ESS). Salah satu yang paling penting bagi setiap organisasi adalah di bidang akuntansi.
Transaction Processing system ini biasanya digunakan oleh pelanggan langsung, contoh pada Bank, TPS digunakan pad mesin ATM yang langsung berhubungan dengan para nasabah tanpa melalui pihak bank, sehingga bisa diakses langsung.

Eksekutif Information System

Executive Information System (EIS)

Executive Information System (EIS) atau disebut juga sebagai Executive Support System (ESS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif, yang memungkinkan pihak eksekutif untuk mengakses data dan informasi, sehingga dapat dilakukan pengidentifikasian masalah, pengeksplorasian solusi, dan menjadi dasar dalam proses perencanaan yang sifatnya strategis. 



Karakteristik EIS
Dari karakteristik teknologi informasi dan data yang dibutuhkan oleh EIS, serta tujuan dari EIS, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah EIS memiliki karakteristik sebagai berikut :
  1. Disesuaikan untuk pihak eksekutif.
  2. Mudah digunakan.
  3. Memiliki kemampuan drill down.
  4. Mendukung kebutuhan data eksternal.
  5. Dapat membantu dalam situasi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi.
  6. Memiliki orientasi masa depan.

Perkembangan Arsitektur EIS

EIS tradisional memiliki dua komponen utama yaitu:
(1) basis data terpusat, yang merupakan repositori data yang diekstrak dari berbagai sumber;
(2) mesin untuk menganalisa data dan menampilkan hasilnya kepada para eksekutif.
                           
















Arsitektur ini sederhana dan mudah untuk dikelola. Karena menggunakan basis data terpusat, query dan analisa dapat diproses dengan cepat. Akan tetapi dalam melakukan ekstraksi dan peng-updatean data dari sumber yang berbeda ke dalam basis data terpusat merupakan permasalahan yang kompleks. Sebab seringkali data tersebut tidak kompatibel antara satu sumber dengan sumber data yang lain. Arsitektur EIS tradisional tidak dapat beradaptasi terhadap inkompatibilitas data. Oleh karena itu, setiap kali terdapat perubahan pada local system, basis data terpusat harus disusun kembali, di-compile ulang, atau bahkan didesain ulang. EIS tradisional hanya mendukung analisis data sederhana yang sudah didefinisikan terlebih dahulu.

Adanya permasalahan ini, mendorong para peneliti untuk mempelajari cara untuk: (1) mengintegrasikan dan mengakses data dari sumber data terdistribusi yang heterogen, dan
(2) menganalisa data melalui pendekatan multidimensional.

Teknologi data warehousing dan teknik On-line Analytical Processing (OLAP) telah memberikan banyak kontribusi dalam meningkatkan EIS tradisional. Peningkatan ini mengarah pada terbentuknya arsitektur EIS yang baru, yaitu EIS kontemporer. Pada arsitektur ini, basis data terpusat digantikan fungsinya oleh data warehouse, sedangkan teknik OLAP digunakan untuk analisis data multidimensional dan penampilan informasi. Teknologi data warehousing mengurangi masalah integrasi data. Data dari local system yang berbeda akan diekstrak, dibersihkan, dan ditransformasikan oleh integrator berdasarkan skema data terintegrasi, kemudian disimpan ke dalam data warehouse.


 























Namun Struktur EIS Kontemporer pada dasarnya tidak memiliki fleksibilitas dan adaptabilitas dimana :
  1. Fleksibilitas : kemampuan untuk mengakomodir perubahan kebutuhan data oleh eksekutif
  2. Adaptabilitas : Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan konten, format data, platform, dan struktur yang mungkin muncul dalam sumber data lokal
Dari kekurangan fleksibiltas dan adaptabilitas tersebutlah kemudian di coba untuk mengembangkan dengan pendekatan menggunakan Database, adalah Metode sistem integrasi yang dapat mengelolah beberapa sistem dan bisa mendapatkan open system architecture sambil tetap mempertahankan otonomi local system dan memungkinkan untuk sistem tersebut berevolusi. Dibawah ini akan ditampilkan gambaran seperti apa pendekatan metadatabase tersebut


 


























Sehingga struktur EIS kontemporer yang telah beradaptasi dengan menggunakan pendekatan metadatabase mengalami evolusi dan dapat berubah menjadi :








 























Arsitektur yang baru terdiri dari 2 unsur besar, yaitu :
Metadatabase Management System (MDBMS). Adalah sistem berbasis pengetahuan yang mengintegrasikan dan mengatur penggunaan multiple local system melalui data atau metadata. Yang memiliki 2 peranan penting, yaitu :
(1) Menyediakan akses yang transparan terhadap data dari local system dan warehouse
(2) Menyediakan metadata yang dibutuhkan untuk analisis multidimensional data

Multidimensional Data Analysis System (MDAS) terdiri dari 2 sub-sistem, yaitu:
  1. ROLAP/MDB Interface yang menyediakan penghubung eksekutif untuk memformulasikan permintaan mereka dan untuk menampilkan hasil analisis mereka
  2. ROLAP/MDB (Relational On-Line Analytical Processsing/ Multidimentional DataBase). Analyzer yaitu Software yang digunakan untuk mengolah metadatabase yang disediakan oleh MDBMS untuk memungkinkan analisis online multidimentional data.
e. Implementasi EIS

Berikut ini merupakan langkah – langkah pengimplementasian EIS, yaitu :
  1. Membangun data warehouse yang lengkap dan efisien.
  2. Membuat prototipe EIS, membuat desain eksperimen dari seluruh atau sebagian sistem, untuk mengujicobakan prosedur/prinsip, teknik atau tool tertentu.
  3. Membuat dokumentasi pengembangan EIS untuk tiap tahap pengembangan.
  4. Menggunakan dukungan otomatisasi kantor (e-mail, scheduler, dll). Sebelum membuat keputusan, eksekutif perlu berdiskusi dengan staff untuk meminta pendapat dari pihak - pihak yang dipengaruhi oleh keputusan yang akan dibuat. Dengan demikian dapat juga dianalisis kemungkinan adanya alternatif keputusan. Setelah membuat keputusan, eksekutif perlu melakukan sosialisasi dan follow-up. Otomatisasi kantor mendukung untuk kedua hal tersebut di atas.
ESS menerima data/informasi dari MIS dan DSS, DSS adalah data pendukung yang bersifat semiterstruktur sampai terstruktur. ESS dalam menentukan/menghasilkan keputusan selain menerima data/informasi dari MIS diperlukan juga data pendukung yang disebut DSS artinya informasi DSS tersebut dapat berasal dari intern dari TPS (yang bersifat terstruktur) atau DSS yang semiterstruktur sampai terstruktur dengan cara misalnya melalui kajian statistik dan operasion research.